RELEVANSI HOSPITALITAS GEREJA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN KASUS BUNUH DIRI

Main Article Content

Mariana Mariana
Henry Andreas Brya

Abstract

This paper addresses the ongoing dilemma of suicide, which remains a significant issue not only in Indonesia but also globally. Various factors contribute to the occurrence of suicide cases, including social-economic instability, poverty, unemployment, and the conflicting orientations of individualism and collectivism, which can lead individuals to take their own lives. Alarmingly, even churches, which are meant to teach love and compassion to their congregations, sometimes inadvertently foster environments that drive people toward suicide. In response to this reality, the paper employs a descriptive qualitative method to explore the relevance of church hospitality in suicide prevention efforts. The analysis yields three key points: first, love is the fundamental basis of hospitality, as sympathy is essential for fostering care and concern for others. Second, hospitality can serve as a form of social control within the church, where each individual can act as a social regulator in their community. Third, every individual in the church should view others as brothers and sisters, necessitating fair treatment for all.


Tulisan ini membahas fenomena kasus bunuh diri yang masih menjadi dilema, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kasus ini, seperti ketidakstabilan kondisi sosial-ekonomi, kemiskinan, pengangguran, serta orientasi individualisme dan kolektivisme, yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan tindakan bunuh diri. Bahkan, gereja, yang seharusnya mengajarkan kasih kepada jemaatnya, sering kali justru menjadi komunitas yang secara tidak langsung mendorong individu untuk melakukan bunuh diri. Melihat realitas tersebut, tulisan ini, melalui metode kualitatif deskriptif, menawarkan relevansi sikap hospitalitas gereja dalam upaya pencegahan kasus bunuh diri. Ada tiga poin utama yang menjadi hasil analisis dalam tulisan ini. Pertama, cinta kasih adalah landasan utama dalam mengakui keramahtamahan. Tanpa simpati, tidak akan ada rasa kepedulian dan kasih sayang terhadap orang lain di sekitar kita. Kedua, sikap hospitalitas dapat berfungsi sebagai kontrol dalam gereja, di mana setiap individu dalam gereja dapat menjadi pengontrol sosial di komunitasnya. Ketiga, setiap individu dalam gereja harus melihat individu lainnya sebagai saudara, sehingga setiap anggota gereja wajib memperlakukan satu sama lain dengan adil.

Article Details

How to Cite
Mariana, M., & Brya, H. A. . (2024). RELEVANSI HOSPITALITAS GEREJA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN KASUS BUNUH DIRI. Masokan Ilmu Sosial Dan Pendidikan, 4(1), 64–76. https://doi.org/10.34307/misp.v4i1.127
Section
Articles

References

Andari, Soetji. “Fenomena Bunuh Diri di Kabupaten Gunungkidul.” Sosia Konsepsia 7, no. 1 (2017): 16.

Boland, G.C., dan Van Niftrik B.J. Dogmatika Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.

Durkheim, Emile. Suicide: A Study in Sociology. Diedit oleh George Simpson. London: Routledge & Kenan Paul Ltd, 2002.

Fitri, Arrumaisha. “Program Preventif Bunuh Diri Untuk Mengurangi Ide Dan Percobaan Bunuh Diri.” IDEA: Jurnal Psikologi 7, no. 1 (2023): 12–22. https://doi.org/10.32492/idea.v7i1.7103.

Karisma, Nurul, Aida Rofiah, Siti Nur Afifah, dan Yuni Mariani Manik. “Kesehatan Mental Remaja dan Tren Bunuh Diri: Peran Masyarakat Mengatasi Kasus Bullying di Indonesia.” Edu Cendikia: Jurnal Ilmiah Kependidikan 3, no. 3 (2023): 560–67. https://doi.org/doi.org/10.47709/educendikia.v3i03.3439.

Lilo, Deflit Dujerslaim. “Maskulinitas dan Kerentanan Bunuh Diri.” In Jerit Dalam Kesunyian: Fenomena Bunuh Diri dari perspektif Agama, Budaya dan Sosial, diedit oleh Frans Paillin Rumbi dan Yohanes Krismantyo Susanta. Sleman: Capiya, 2021.

Maria, Heni. “Implementasi Makna Hospitalitas Kristen Terhadap Pelayan Gereja dan Anggota Jemaat.” BONAFIDE: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 2, no. 2 (2021): 176–94. https://doi.org/10.46558/bonafide.v2i2.79.

Munte, Alfonso. “Hospitalitas Sebagai Praksis Kristiani Dalam Memberdayakan Disabilitas Korban Kekerasan.” In Revitalisasi Indonesia Melalui Identitas Kemajemukan Berdasarkan Pancasila, 255–63. Jakarta: UKI Press, 2018. http://repository.uki.ac.id/847/.

Pratiwi, Eklesia Hosana Randi. “Pandangan Masyarakat Terhadap Bunuh Diri Melalui Peran Agama Di Indonesia.” Cakrawala Jurnal Penelitian Sosial 9, no. 2 (2020): 167–184. https://ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/view/4452.

Rahayuningsih, Atih, Achir Yani S. Hamid, Budi Anna Keliat, Irawati R. Ismail, dan Agus Sri Baniwi. Bunuh Diri Pada Usia Remaja. Indramayu: Penerbit Adab, 2023. http://repo.unand.ac.id/50019/1/Buku Bunuh Diri.pdf?baimophdjeknophl.

Rerung, Alvary Exan. Beriman Secara Otentik: Menyatakan Kasih Allah dalam Peziarahan Sehari-hari. Bandung: CV. Widina Media Utama, 2023.

———. “Bunuh Diri Bukan Kehendak Bebas Perspektif Neurosains dan Psikoanalisis Sigmund Freud.” Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja 2, no. 1 (2022).

———. “Menciptakan Self-Efficacy Pada Anak Usia 19-22 Tahun Dengan Menggunakan Pola Asuh Teori Psikososial Erik Erikson Di Gereja Toraja Jemaat Sion Lestari Klasis Wotu.” MASOKAN: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 1, no. 2 (2021): 91–109. https://doi.org/10.34307/misp.v1i2.

———. “Nilai Hospitalitas Budaya Raputallang Sebagai Upaya Gereja Dalam Moderasi Beragama Pada Relasi Islam-Kristen di Toraja.” Skenoo : Jurnal Teologi Dan Pendidikan Agama Kristen 2, no. 2 (2022): 102–12. https://doi.org/https://doi.org/10.55649/skenoo.v2i2.34.

Rerung, Alvary Exan, Rosinta Sakke Sewanglangi’, dan Sandi Alang Patanduk. “Membangun Self-Love Pada Anak Usia Remaja Menggunakan Teori Filsafat Stoikisme Marcus Aurelius.” MASOKAN: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan 2, no. 2 (2022): 105–115. https://doi.org/10.34307/misp.v2i2.55.

Rumbi, Frans Paillin. “Kasus Bunuh Diri Dikaji dari Prinsip Dasar Cinta Dalam Iman Kristen.” In Jerit Dalam Kesunyian: Fenomena Bunuh Diri dari perspektif Agama, Budaya dan Sosial, diedit oleh Frans Paillin Rumbi dan Yohanes Krismantyo Susanta. Sleman: Capiya, 2021.

Sanderan, Rannu, dan Robby Marrung. “Fenomena Bunuh Diri Remaja di Toraja dalam Masa Pandemi.” PEADA’: Jurnal Pendidikan Kristen 2, no. 1 (2021): 56–71. https://doi.org/10.34307/peada.v2i1.28

Saputra, Tjendanawangi, dan Serdianus Serdianus. “Peran Pendidikan Agama Kristen dalam Menjawab Tantangan Perkembangan Teknologi di Era Posthuman.” Jurnal Gamaliel: Teologi Praktika Vol. 4, no. 1 (2022): 44–61. https://doi.org/10.38052/gamaliel.v4i1.91.

Sari, Ayu Purnama, dan Kristiani Ela. “Nilai Hospitalitas Dalam Budaya Raputallang: Upaya Gereja Mencegah Kasus Bunuh Diri.” Vox Dei: Jurnal Teologi dan Pastoral 3, no. 1 (2022): 93–106. https://doi.org/10.46408/vxd.v3i1.139.

Sartika, Meitha. “Dirangkul dan Dimampukan Untuk Berpartisipasi: Sebuah Usaha Membangun Kehidupan Gereja Transit dengan Mengembangkan Keramahtamahan.” In Ecclesia In Transitu: Gereja di Tengah Perubahan Zaman, diedit oleh Meitha Sartika dan Hizkia A. Gunawan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2021.

———. Ecclesia In Via: Pengantar Eklesiologi Konstruktif. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2022.

Shneidman, Edwin S. Comprehending Suicide: Landmarks in 20th-Century Suicidology. Washington: Hogrefe & Huber Publishers, 2001. https://psycnet.apa.org/doi/10.1027/0227-5910.22.2.79.